Hari kemerdekaan Republik Indonesia tepat pada bulan Agustus. Di bulan Agustus ini tidak hanya di meriahkan dengan beberapa lomba lomba Agustusan namun untuk kalian yang hobi nonton, wajib banget nih nonton film perjuangan. Biar kalian tau bagaimana susahnya para pejuang jaman dulu untuk memperjuangkan Indonesia ini agar merdeka. Nah kira kira ada rekomendasi Film Perjuangan apa saja ya yang bisa di tonton?
Rekomendasi Film Perjuangan yang Wajib Di Tonton
Di bawah ini ada beberapa rekomendasi film perjuangan yang di buat sineas dalam negeri. Di antaranya yaitu sebagai berikut:
-
Serangan Fajar
Film semi-dokumenter drama perang Indonesia pada tahun 1982 yang disutradarai oleh Arifin C. Noer. Film yang mengambil latar belakang kejadian sejarah, tetapi dengan kemasan kisah fiktif seorang bocah yang menjadi tokoh sentral bernama Temon.
Mengisahkan tentang 3 bagian drama sejarah yang menentukan nasib bangsa Indonesia, yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 1945-1947, di mana Perang Dunia II telah berakhir dan Indonesia berusaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya.
-
Tjoet Nja Dhien
Film yang diproduksi tahun 1988, menceritakan biografi Cut Nyak Dien, pahlawan nasional Indonesia dari Aceh, dalam melawan tantara kerajaan Belanda. Film ini tidak hanya menceritakan dilema-dilema yang dialami Tjoet Nja’ Dhien sebagai seorang pemimpin, tetapi juga yang dialami oleh pihak tentara Kerajaan Belanda kala itu, dan bagaimana Tjoet Nja’ Dhien yang terlalu bersikeras pada pendiriannya untuk berperang, akhirnya dikhianati oleh salah satu orang kepercayaannya dan teman setianya, Pang Laot yang merasa iba pada kondisi kesehatan Tjoet Nja’ Dhien yang menderita rabun dan encok, ditambah penderitaan berkepanjangan yang dialami para pejuang Aceh dan keluarga mereka. Film karya Eros Djarot ini menjadi film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes tahun 1989.
-
Nagabonar
Film bertema perjuangan ini memiliki genre komedi yang diproduksi pada tahun 1987. Nagabonar mengambil latar peristiwa perang kemerdekaan Indonesia ketika sedang melawan kedatangan pasukan Kerajaan Belanda pasca kemerdekaan Indonesia di daerah Sumatera Utara.
-
Soekarno: Indonesia Merdeka
Film produksi tahun 2013 yang digarap Hanung Bramantyo ini mengisahkan perjalanan hidup Soekarno muda hingga membawa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustsus 2024.
Film ini megamarket keberanian Soekarno dalam mengusung konsep merdeka di depan rakyat Indonesia. Ia kemudian dijebloskan ke penjara dan dibuang ke Ende lalu ke Bengkulu.
-
Tjokroaminoto
Film drama biografi Indonesia dirilis pada 2015 disutradarai oleh Garin Nugroho. Menceritakan biografi tokoh pahlawan nasional Tjokroaminoto, yang memiilih pindah dari Ponorogo ke Surabaya. Tjokroaminoto merupakan tokoh sarekat islam yang menjadi guru dari banyak tokoh nasional Indonesia.
-
Jenderal Soedirman
Film drama biografi Indonesia dirilis pada 2015, menceritakan tentang Jendral Soedirman, pemimpin perang gerilya yang mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia walaupun menderita penyakit paru-paru. Film ini rilis di bioskop Indonesia tepat 10 hari setelah peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-70 pada 27 Agustus 2015.
-
Battle of Surabaya (2015)
Berbeda dengan film lainnya, film bertema perjuangan Indonesia kali ini menggunakan tampilan animasi 2 dimensi. Film animasi Battle of Surabaya ini diproduksi oleh MSV Pictures, dan disutradarai oleh Aryanto Yuniawan.
Battle of Surabaya mengisahkan tentang petualangan Musa. Seorang remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi perjuangan arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 November 1945. Kisah dan animasi apiknya membawa Battle of Surabaya menjuarai berbagai penghargaan film ternama. Beberapa di antaranya adalah Best Animation di Milan International Film Festival 2017, Best Animation dalam Berlin International Film Festival 2017, Best Animation dalam Nice International Film Festival 2017, dan masih banyak lagi.
-
Darah dan Doa
Film produksi tahun 1950 ini mengisahkan perjalanan prajurit Divisi Siliwangi yang dipimpin Kapten Sudarto, dari Yogyakarta menuju Jawa Barat.Film Darah dan Doa pertama kali dirilis pada 1 September 1950. Pada pemutaran pertamanya film garapan Usmar Ismail tersebut disaksikan langsung oleh Presiden Soekarno.
Darah dan Doa merupakan film Indonesia pertama yang diproduksi tahun 1950. Disutradarai oleh Usmar Ismail, film bertema perjuangan tersebut mengisahkan perjalanan prajurit Divisi Siliwangi yang dipimpin Kapten Sudarto (Del Juzar), dari Yogyakarta menuju Jawa Barat.
Film Darah dan Doa menjadi film pertama yang diproduksi oleh perusahaan film Indonesia (Perfini) pada 30 Maret 1950. Dikutip dari laman Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia, tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.
Film bergenre Drama Perang tersebut memiliki durasi tayang sepanjang 128 menit. Sementara biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat film Darah dan Doa sebesar Rp150.000 (kurs rupiah saat itu).
-
November 1828
Film produksi tahun 1979 menceritakan tentang sekelompok penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Film ini mengandung tema loyalitas dan pengkhianatan. Film yang disutradarai oleh Teguh Karya ini berhasil memenangkan tujuh penghargaan pada festival Film Indonesia 1979 termasuk film terbaik.
-
Doea Tanda Mata
Film produksi tahun 1985 ini mengangkat latar waktu tahun 1930-an Ketika Indonesia masih disebut Hindia Belanda. Mengisahkan tentang pembalasan dendam seorang pemuda kepada perwira belanda yang membunuh sahabatnya.
Film berjudul Doea Tanda Mata merupakan film dengan genre perjuangan yang diproduksi pada tahun 1985. Doea Tanda Mata disutradarai oleh Teguh Karya, seorang seniman Indonesia di bidang perfilman.
Doea Tanda Mata dibintangi jajaran aktor aktris pada masanya, yakni Alex Komang, Yenny Rachman, Sylvia Widiantono, Piet Pagau, Henky Solaiman, dan Aria Kusuma Dewa. Beberapa penghargaan yang sukses diraih oleh Doea Tanda Mata, yaitu empat Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1985, termasuk Aktor Terbaik untuk Alex Komang.
Latar waktu yang diusung oleh film ini adalah pada tahun 1930-an. Saat itu Indonesia masih disebut dengan Hindia Belanda. Mengutip dari laman Film Indonesia, Gunadi merupakan pemuda Klaten yang baru saja menikah. Usia pernikahannya baru setahun saat ia kemudian tertarik dengan gerakan perlawanan di tahun 1930-an.
Ia meninggalkan istrinya yang menjadi guru dan bergabung dengan kelompok pergerakan bawah tanah dengan mencetak selebaran-selebaran gelap. Di percetakan yang merangkap panggung hiburan, ia berkenalan dengan Ining yang diperankan oleh Jenny Rachman.
Ining tampak jatuh hati pada Gunadi. Namun, penyikapan Gunadi tidak jelas. Suatu ketika, Gunadi bentrok dengan kelompoknya karena tidak bisa mengendalikan diri saat sahabatnya dan adik Ining mati.
Sahabat Gunadi dan adik Ining mati ditembak Belanda ketika memboncengkan dirinya dengan sepeda motor. Kemudian peristiwa tersebut terus menghantuinya hingga sering dia bertindak nekad.
Rasa dendam muncul dalam diri Gunadi. Demi misi balas dendam, Gunadi memutuskan untuk mendekati komisaris polisi yang dianggapnya mendalangi kematian sahabatnya.
Melalui Ining yang juga ingin membunuh komisaris itu dengan menjadi gundiknya, Gunadi diterima menjadi sopir, hingga kemudian Gunadi benar-benar menuntaskan balas dendamnya.
Gunadi bisa menembak mati sang komisaris. Sementara itu, kawan-kawan sepergerakan yang terus mencurigai Gunadi, justru menembak lelaki yang digambarkan sebagai peragu juga itu. Maka terlontarlah teriakan Ining yang bisa juga dianggap suara sutradara: ‘betapa picik dan kerdil semua mereka itu.’